Friday, September 30, 2016

Tanah Minahasa - part 1

Di awali dengan rencana gila ibu-ibu arisan lingkungan karena punya dana kas 2 periode yang belum terpakai sejumlah Rp. 13.000.000,-, serta ada peserta yang menyeletuk "Mari kita ke Manado" dan ternyata gayung bersambut dengan pemilik Tanah Minahasa, Bu Jeeni Manopo, maka dengan blitzkrieg, kita merencanakan "Hayuk kita ke Manado".

Diawali dengan kehebohan memilih maskapai penerbangan, karena ada yang takut terbang karena trauma turbulence dan trauma maskapai yang suka delay. Tetapi karena setelah menimbang, memperhatikan, mengingat semua faktor seperti hari Kamis si empunya Tanah Minahasa masih kerja. Sedangkan ibu-ibu rumah tangga dan pensiunan sudah gak sabar kabur dari kewajibannya sebagai Oshin. Akhirnya kita memutuskan untuk pergi Kamis malam, pulang Minggu malam. Pun akhirnya kita memutuskan untuk terbang dengan L**n dan pulang dengan C*****nk disertai doa rosario dan novena untuk keselamatan semua. Harga tiket pp Rp. 2.500.000,- per orang.

Sebetulnya pergi Kamis malam ini pun gak efektif, karena rumah kita jauh dari Bandara utama Jakarta, Soekarno-Hatta. Sehingga untuk mengejar flight jam 18.00, dengan membawa bagasi untuk 20 orang, kita harus berangkat dari rumah jam 14.00 at least.  Yang biasa kerja pun jadi gak bisa kerja, karena sudah terlalu excited. Yang bawa anak pun terpaksa anaknya dijemput pulang jam 12.00 untuk persiapan jalan.

Syukurlah perjalanan rumah - bandara relatif bersahabat, dan kita check-in lumayan lancar. Sehingga masih ada waktu untuk menunggu jadwal penerbangan.  Akhirnya kita keluar dan makan AW di selasar luar Bandara karena hari hujan. Walaupun kurang nyaman karena gak ada bangku yang cukup untuk makan di meja. 

Kekhawatiran bahwa maskapai L**n akan delay pun tidak beralasan karena baik pergi maupun pulang, semua penerbangan kami tepat waktu... Puji Tuhan, Syukur Alhamdulillah... sesuatu banget.



Sesampainya di Bandara Sam Ratulangi (MDC), sudah jam 22.00 (3 jam flight + 1 jam perbedaan waktu). Kita sempat menunggu lama sebelum koper keluar semua (resiko check in paling awal), dan langsung keluar dengan kendaraan yang sudah diatur oleh Bu Jeeni. Tetapi karena barang bawaan juga banyak, walhasil kita nambah 2 taksi carteran menuju Whiz Hotel, Manado. 



Pilihan Whiz Hotel ini dipilih karena harga yang tidak terlalu mahal (harga special rate karena KKN) dan dekat dengan Marina untuk besok paginya ke BUNAKEN!!!! YEAHHHH!!!! Lokasinya pun di tepi pantai (yang baru kita sadari keesokan harinya saat kita harus sudah angkat koper dari hotel).  Dan... karena banyak warung makan di depan hotel, dan ibu-ibu masih melek karena excited, jadilah tengah malam kita makan ikan bakar dan pisang goroho dengan sambal. Itulah awal kita bergoroho ria di Minahasa.

Keesokan harinya saat pules-pulesnya tidur, jam 4.30WITA kita sudah dikagetkan dengan telepon dari Irma, time keeper kita, supaya gak terlalu siang bertolak ke Bunaken, untuk menghindari angin besar, yang dari cerita Bu Jeeni bisa membuat kita terpaksa diam di Bunaken. Lah kan serem. Jadilah kita 6.30 sudah siap dengan koper dijemput dengan Bis milik SMK di kota kecil Langowan, kota asal bu Jeeni. 

Mulailah perjalanan epic kami naik kapal ke Bunaken dengan glass bottom boat. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya kita foto2. Mungkin awak kapalnya udah muak dengan gaya kita.. tapi BODO AMAT!!! 


Nah sesampainya di Bunaken, sekali lagi kita foto-foto di pantai. Bosen bosen deh...


Kemudian baru deh group terpecah 2, antara yang mau snorkeling (10 orang + 1 mama) dan yang nggak snorkeling (9 orang). Setelah berubah dengan kostum snorkeling, foto lagi deh kita (kapan lagi ya gak?)...


Dan serunya berenang di perairan Bunaken adalah... antara dalam dan dangkal itu cuma sebatas beberapa kayuhan doang, karena ada palung dalam (100m lebih) yang berbatasan dengan daerah dangkal. Sewa baju + peralatan snorkeling + fin 150.000/set. Sewa kamera bawah air + 1 orang yang memfotokan Rp. 300.000,-. Sewa pakaian dan peralatan snorkeling untuk pemandu Rp. 150.000,- / orang kira-kira 1 pemandu untuk 3 orang. Jadi tambahan dana adalah Rp. 235.000/orang untuk group of 10. Dan ini hasilnya...


Setelah puas berendam, kembali ke Bunaken untuk bilas dan ganti baju lagi (air seember bayar Rp. 15.000,-) dan makan pisang goreng dengan sambal (kali ini bukan goroho). Dan waktunya kembali ke Marina Manado.

Ada 1 kejadian kritis, yaitu saat kita kembali, air sudah sangat turun, sehingga kapal beresiko karam, untunglah dengan kapten kapal yang handal kita berhasil lolos ke laut lepas, sehingga jadwal terjaga.


Setelah sampai di Marina, segera kita lanjut ke arah Bukit Doa Mahawu Tomohon dengan stop over berfoto di Monumen Yesus Memberkati yang ternyata ada di perumahan Ciputra. Selain itu juga ada replika Big Ben di pintu masuk perumahan Ciputra.


Dari sana, kita mampir makan di HengMen (mengingatkan gue akan Hang Man, sumpah). Makannya all you can eat. Trus murah pula. Recommended.


Setelah itu lanjut ke tempat adem yang namanya Bukit Doa, tempatnya teduh, luas, banyak pohon pinusnya, tanah lapang luas, amphiteatre, kapel, Wedding Chapel, Goa Maria, dst. Arsitektur gedungnya juga lucu karena berbentuk setengah tabung gitu. 


Puas dari sana, kita lanjut lagi ke Danau Linow, danau vulkanik yang mengandung sulfur sehingga tidak bisa dibuat mandi. Lokasi restorannya unik. ada 2 lantai, atas sejajar dengan jalan raya, bawah sejajar dengan permukaan danau... Disini banyak rumbuh bunga alamanda sehingga lokasinya cantik, dan hawanya sejuk.


Dari sana kita lanjut ke arah Langowan dan stop over untuk makan di perjalanan ke rumah keluarga Bu Jeeni dan beristirahat setelah kurang tidur semalaman dan seseruan seharian.

--- to be continued ---